The Author

The Author

Monday, June 29, 2015

Equality #lovewins

So, a few days ago, the US supreme courts announced that they are legalizing gay marriage in all 50 states. I am happy for them, it's about time. Of course it causes some critics and controversy. In social media, i saw some people bashing and saying nasty stuff about this subject.

I just feel the need to say something. Gue nggak akan ngomong dari sisi agama, karena gue nggak tahu menahu hal seperti ini dari sisi agama. I will however point out a few things;


First of all, mereka juga manusia. They deserve to love whoever they want to love. They deserve to be with the one they love and celebrate their love. They are as capable of having a family (Children, etc). Please, buka hati dan pikirannya. Ini bukan tentang hak orang gay, tapi hak manusia.

Secondly, being Gay is not a choice. From what i read, it's genetic. Some research have shown that. So sebelum bicara "ngapain sih pilih jadi Gay?", No, it is not their choice. It's like asking "Why are you straight?" Kita nggak bisa forsir mereka untuk suka sama lawan jenis juga, it's like forcing us straight to be attracted to sesama jenis. We love who we love. Read your facts straight before judging other people.

Thirdly - AND this is the most important thing - being gay is not a disease. I read that DSM V is not including it as a mental illness anymore, CMIIW. Nggak usah norak dan takut ketularan atau apa. You can't be gay just hanging out with gay people, or watching them get married. Again, you can't force sexual oriantation.


Last thing, yang melegalkan gay marriage itu USA. Jadi, kita yang di Indonesia ini (eerrgh ini yang menurut saya paling annoying) nggak usah norak dan takut sampe ini kejadian di Indonesia. Ngomong kiamat udah deket lah dan segala embel - embelnya. Who are you to say that kind of stuff? Nggak usah sok "aduh nanti anak kita gmn?" alaaaaah sampah. Nggak usah takut, perjalanan Indonesia untuk sampai kesana masih sangat jauh. You may not even alive to watch it happen. Lagian,kalau punya anak yang gay, will you love them any less? Gue sih enggak :)

To finish, look how beautful this video is <3 eventually love wins. It effing does!


Friday, June 5, 2015

My life as an introvert

Haah! Resolusi mau lebih rajin nge-blog hanya omong kosong, sekarang 2015 udah berjalan setengah ya! Enggak kerasa sekali. It's been a busy year and a long hard semester. Banyak sekali yang harus di selesaikan, sampe bingung harus mulai dari mana?

Anyway, semester ini saya di tuntut untuk udah mendapatkan tempat magang, dan magang akan dilaksanakan ketika liburan panjang nanti. Singkat cerita, saya mendapat tempat magang di sebuah perusahaan. Saya sudah mendapat tanggal, sudah cocok sama waktu libur. Yang menjadi masalah adalah, saya belum mengetahui job desc saya apa, dan pembimbing selama di perusahaan. Sebagai seorang introvert, menanyakan hal seperti itu kepada contact person bisa menjadi hal yang bikin...pusing. Anxious sampe ke ubun - ubun. Apakah sopan? Apakah mengganggu? Apa akan mempengaruhi penilaian mereka dan menjadi impresi yang buruk ketika saya mulai bekerja?

Setelah menceritakan hal ini kepada beberapa teman, termasuk bunda, semua mengatakan saya harus bertanya saja...toh saya masih belajar, dan pasti di maklumi. Lagipula, mengetahui hal hal diatas akan menjadi persiapan saya sebelum bekerja. Saya memutuskan untuk bertanya via email, kalau tidak ada respon baru akan saya telfon. Tahu berapa lama saya sampai pada keputusan itu? Berhari - hari.

Kadang saya tidak suka menjadi introvert, contohnya adalah hal di atas. Bagi sebagian orang, hal - hal kecil seperti itu adalah hal sepele. Percayalah, bagi saya hal seperti itu membutuhkan pemikiran yang panjang. Padahal jelas - jelas, saya ymembutuhkan hal tersebut. Saya tidak suka menyimpan segala emosi, padahal ingin melampuaskan dan mengatakannya kepada orang lain, tetapi tidak bisa. Yang bisa saya lakukan, ya, menulis, seperti sekarang ini. Saya tidak suka membutuhkan waktu lama hanya untuk memutuskan untuk menghubungi customer service ketika saya butuh.

Sebagai introvert, saya lebih memilih pesan makanan lewat online, di banding harus menelfon call center. Saya memilih menghubungi perusahaan via email dibanding harus mendatangi perusahaan tersebut dan menanyakan lowongan magang.Atau....yang ini akan terdengar cengeng.... tidak berani meng-approach orang yang saya sayangi padahal jelas - jelas saya rindu. Akhirnya? saya terkesan angkuh, pengecut. Aaaarghh!! Terkadang, menjadi introvert menyusahkan diri saya sendiri.

Ah, dari tadi saya hanya mengeluh. Tenang, selain hal - hal di atas, ada hal yang saya pelajari juga sebagai introvert. Yang paling penting adalah, saya bisa dan tahu caranya menjadi sendiri. Saya tahu apa yang harus di lakukan ketika tidak ada yang bisa diajak bicara di saat saya benar - benar butuh. Saya mengerti ketika merasa tidak seorangpun mengerti apa yang saya rasakan. Saya tahu mana yang peduli dengan saya, mana yang benar - benar teman. Saya bisa menemukan ketenangan ketika saya butuhkan.  Dan menurut saya, menjadi diri sendiri, bahagia dengan diri sendiri, adalah hal yang penting. Semua orang, entah dia introvert atau extrovert, membutuhkan waktu untuk dirinya sendiri.

So, whoever you are, wherever you are...Love, respect, and be kind to your self :) 



Allegra




Why mental health is as important as physical health

Some of you may know these people. They have a good steady job, good friends, good health, have everything figured out, have a master's...